Cosplay penyebutan untuk menggambarkan seseorang yang berdandan atau berkostum menyerupai karakter tokoh dari buku komik, anime, manga, dan film.
Cosplay singkatan dari kata kostum dan bermain.
Orang yang melakukan itu disebut cosplayer.
Cosplayer bisa melampaui dan menyalin pakaian karakter favorit, bahkan pula memainkan perannya sebagai karakter.
Mengutip Who Magazine, ada berbagai pandangan terkait mula praktik cosplay.
Praktik cosplay dimulai di Jepang pada 1970-an ketika mahasiswa akan berpakaian seperti karakter manga dan anime favorit mereka di konvensi fiksi ilmiah.
Istilah cosplay pertama kali digunakan dalam artikel Juni 1983 oleh Nobuyuki Takahashi dalam majalah My Anime.
1.
Kreatif Cosplayer melampaui dan meniru pakaian karakter favorit.
Tapi juga melakukan itu tak hanya sekadar berpakaian mirip karakter.
Ini jenis seni pertunjukan yang harus terlibat dalam pembuatan kostum, aksesori dan mendalami karakter.
Sisi kreatif dan kedalaman fandom bisa diekspresikan.
Cosplayer juga kerap memerankan adegan karakter dengan teman-teman saat sedang berkumpul.
2.
Wig Mengutip Epic Cosplay, wig bagian penting dari cosplay untuk kemiripan karakter yang ditiru cosplayer.
Wig yang tahan panas sangat populer karena mampu mengganti penataan rambut.
3.
Relasi Acara cosplay juga ajang kesenangan berpartisipasi mendapat teman baru.
Cosplayer pemula, pengalaman akan bertambah jika aktivitasnya menjadikan kegiatan kelompok bersama teman atau keluarga.
4.
Hobi yang menghasilkan uang Kini komunitas cosplay makin besar dari sebelumnya.
Tak hanya semakin banyak orang berminta menjadi cosplayer, tapi cosplay makin menguntungkan.
Banyak cosplayer papan atas seperti Enji Night, Hana Bunny, dan Jessica Nigri telah menjadikan cosplay sebagai karier.
Mereka mendapat penghasilan untuk berdandan, bahkan mempromosikan merek.
5.
Misogini dan rasis Mengutip Who Magazine, para cosplayer terkadang dituduh mengobjek diri atau berdandan sebagai versi karakter sensasional hanya untuk mendapat klik dan suka.
Terkadang cosplay karakternya mengandung unsur yang dianggap seksi.
Walaupun begitu, dasarnya cosplay untuk menyesuaikan karakter favorit, bukan stigma misogini atau kebencian terhadap perempuan.
Ada pula isu lain dalam komunitas cosplay, yaitu perdebatan soal karakter cosplay dari ras yang berbeda.
Orang dari semua latar belakang bisa menjadi cosplayer.
Hal biasa kalau karakter favorit tidak persis sama ketika diperankan orang dari ras atau etnis yang tak menyerupai sosok yang disukai itu.
Cosplay sebagai seni pertunjukan, maka dinikmati sebagai hiburan, tanpa mencibir kemiripan melalui warna kulit atau kebangsaan tertentu.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.